Channel 79. Berdasarkan temuan Lembaga Survei Nasional (LSN), kecenderungan
perilaku memilih (voting behavior) pemilih pemula agak berbeda dengan
perilaku memilih masyarakat Indonesia pada umumnya. Karakter pemilih
pemula cenderung bersifat rasional dan otonom.
Hal itu dikatakan peneliti Utama Lembaga Survei Nasional (LSN), Dipa Pradipta saat merilis hasil survei, hari ini (Minggu, 5/5).
Ketika LSN menanyakan, faktor apa yang paling dipertimbangkan dalam memilih capres, mayoritas dari pemilih pemula (46.4 persen) lebih mengutamakan faktor kemampuan (capability) capres dalam memecahkan masalah.
Selain itu faktor track-record dan program kerja juga dipertimbangkan. Sedangkan faktor- faktor primordial (seperti suku, agama dan kedaerahan) kurang menjadi pertimbangan.
"Untuk menguji apakah faktor primordial cukup signifikan mempengaruhi voting behavior pemilih pemula, kami juga menanyakan kepada responden mengenai latar belakang suku capres. Ternyata bagian terbesar responden (41.3 persen) tidak mempermasalahkan latar belakang suku capres," imbuhnya.
Ini berbeda dengan kecenderungan voting behavior masyarakat Indonesia secara umum yang mayoritas masih menghendaki Presiden RI mendatang berasal dari suku Jawa.
Selain rasional, voting behavior pemilih pemula juga cenderung bersifat otonom. Mayoritas mutlak atau sebanyak 94.6 persen responden mengaku akan memilih capres atau partai sesuai dengan hati nurani dan pikirannya sendiri. Hanya 3.6 persen yang mengaku akan meminta pendapat dan saran orang lain sebelum memilih capres/partai.
Sedangkan yang mengaku akan mengikuti pilihan orang yang disegani hanya 1.8 persen saja. Ini menunjukkan bahwa peranan tokoh acuan (reference leader) kurang dominan dalam menentukan perilaku memilih di kalangan pemilih pemula.
Hal itu dikatakan peneliti Utama Lembaga Survei Nasional (LSN), Dipa Pradipta saat merilis hasil survei, hari ini (Minggu, 5/5).
Ketika LSN menanyakan, faktor apa yang paling dipertimbangkan dalam memilih capres, mayoritas dari pemilih pemula (46.4 persen) lebih mengutamakan faktor kemampuan (capability) capres dalam memecahkan masalah.
Selain itu faktor track-record dan program kerja juga dipertimbangkan. Sedangkan faktor- faktor primordial (seperti suku, agama dan kedaerahan) kurang menjadi pertimbangan.
"Untuk menguji apakah faktor primordial cukup signifikan mempengaruhi voting behavior pemilih pemula, kami juga menanyakan kepada responden mengenai latar belakang suku capres. Ternyata bagian terbesar responden (41.3 persen) tidak mempermasalahkan latar belakang suku capres," imbuhnya.
Ini berbeda dengan kecenderungan voting behavior masyarakat Indonesia secara umum yang mayoritas masih menghendaki Presiden RI mendatang berasal dari suku Jawa.
Selain rasional, voting behavior pemilih pemula juga cenderung bersifat otonom. Mayoritas mutlak atau sebanyak 94.6 persen responden mengaku akan memilih capres atau partai sesuai dengan hati nurani dan pikirannya sendiri. Hanya 3.6 persen yang mengaku akan meminta pendapat dan saran orang lain sebelum memilih capres/partai.
Sedangkan yang mengaku akan mengikuti pilihan orang yang disegani hanya 1.8 persen saja. Ini menunjukkan bahwa peranan tokoh acuan (reference leader) kurang dominan dalam menentukan perilaku memilih di kalangan pemilih pemula.
0 komentar:
Posting Komentar