Entri yang Diunggulkan

Catatan umar bakri

 Kelas pagi Pendidikan perlu bersandar pada sistem among yang berpegangan pada Kodrat Alam dan Kodrat Zaman. Konsep Kodrat Alam menyatakan b...

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 03 Agustus 2016

Lamongan Punya Cerita

Kabupaten Lamongan secara geografis terletak 651’54” – 723’06” Lintang Selatan dan 11233’45” – 11233’45” Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Lamongan di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gresik, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tuban dan Bojonegoro sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Jombang. Luas wilayah Kabupaten Lamongan 1.812,80 Km2 yang terbagi menjadi dua puluh enam kecamatan dengan Lamongan sebagai ibukota Kabupaten Lamongan. Kabupaten ini merupakan salah satu penghasil beras terbesar di Jatim. Setiap tahun produksi beras lamongan mencapai rata-rata 441.000 ton. Konsumsi penduduk hanya 36 persen selebihnya dijual keluar daerah antara lain Surabaya, Malang, dan Madura. Peran 10 waduk yang tersebar di lamongan wilayah selatan ini turut memicu peningkatan produksi padi.
Disektor industri, Kabupaten Lamongan sedang mengembangkan industri pengolahan bahan baku ikan di kawasan sebelah utara. Sebagai penghasil ikan laut yang mencapai 38.915 ton, kabupaten yang memiliki bibir pantai sepanjang 47 kilometer ini baru mengolah 30 persen hasil tangkapannya menjadi tepung ikan. Selebihnya industri yang berbahan baku ikan masih terbuka lebar.
Lamongan juga berpredikat sebagai penghasil kapas terbesar di Jatim sekaligus menjadi pusat percontohan budi daya kapas di Indonesia. Tanaman jagung juga merupakan produk unggulan dari Lamongan. Tanaman jagung benih hibrida ini telah mencapai 75 persen dari areal tanaman jagung seluas 48.000 hektar.
Memilih Lamongan sebagai tujuan vakansi bisa jadi kamu masih bingung apa saja yang musti dikunjungi. Selama ini Kabupaten yang berbatasan dengan Mojokerto, Gresik dan juga Bojonegoro ini dikenal luas lantaran kulinernya berupa Soto Lamongan yang begitu terkenal dan hampir selalu ada di setiap kota di Jawa.
Lantas bagaimana dengan potensi pariwisata di kota ini? Jangan khawatir buat kamu yang berlibur di Lamongan banyak tempat menarik yang bisa kamu kunjungi. Pilihannya tergolong lengkap mulai dari wisata ziarah, wisata bahari atau wisata alam semua tersedia. Kali ini Travelingyuk akan mengajak kamu jalan-jalan menjelajahi setiap jengkal tempat wisata menarik di Kabupaten Lamongan.
1. Wisata Bahari Lamongan, Wahana Bermain di Pantai Utara Kota
Wisata Bahari Lamongan, cukup tenar dengan singkatan WBL merupakan kawasan wisata bahari yang dipadukan dengan taman bermain. Obyek wisata ini berada di Kecamatan Paciran tepatnya berada di Jalur Pantai Utara atau Pantura antara Tuban-Surabaya. Gerbang masuk menuju ke dalam area WBL cukup ikonik berupa patung mr.Krab alias si kepiting.
WBL telah menjadi andalan wisata Lamongan sejak puluhan tahun. Taman bermain yang sekarang dikembangkan ini juga berada di kawasan wisata yang memang sudah terkenal yaitu Pantai Tanjung Kodok. Di dalamnya banyak terdapat wahana bermain dari yang slow hingga yang bikin jantung deg-degan. Setiap harinya kawasan wisata bahari ini beroperasi pada pukul 08.00 hingga 16.30 WIB. Sebagai salah satu ikon wisata Lamongan, sangat disayangkan jika kamu melewatkan tempat ini jika berada disana.

2. MAZOLA, Tempat Wisata Yang Memadukan Kebun Binatang dan Gua

Masih di Kecamatan Paciran, tidak jauh dari Wisata Bahari Laongan ada satu tempat menarik yang wajib dikunjungi yaitu MAZOLA. Letaknya masih berada dalam satu komplek dengan WBL jadi kamu tidak perlu susah-susah melacaknya lewat GPS. MAZOLA ini sendiri merupakan perpaduan antara kebun binatang dan wisata gua yang sekaligus sebuah akronim dari Maharani Zoo and Gua Lamongan. Gua Lamongan yang dimaksud tidak lain adalah Gua Maharani. Nama Gua Maharani mungkin tidak asing di telinga kalian, yap banar ini adalah salah satu gua paling indah di negeri kita. Menariknya konsep pengelolaan gua ini dipadukan dengan kebun binatang. Jadi setiap pengunjung yang datang bisa melihat aneka satwa sekaligus mengagumi keindahan interior gua. Di dalam kawasan 3 hektar tersebut dipelihara tak kurang dari 115 spesies hewan dari dalam dan luar negeri. Tersedia papan petunjuk runtut yang terpasang di sana sebagai petunjuk rute yang harus dilalui traveler sehingga kamu tidak perlu khawatir tersesat.

3. Sendang Brumbung, Kolam Air Panas yang Konon Dapat Menyembuhkan Berbagai Penyakit

Tempat wisata lainnya yang juga ada di Kecamatan Paciran adalah Sendang Brumbung. Ini merupakan kolam pemandian air panas yang memiliki sejarah panjang dan disebut-sebut memiliki khasiat menyembuhkan berbagai penyakit. Sendang Brumbung beralamat di Desa Kranji. Warga setempat percaya jika sumber air panas ini telah ada sejak zaman Walisongo tepatnya semasa hidup dari Sunan Drajat. Ukuran kolam air panas ini tidak terlalu besar hanya 5×10 meter yang terbagi menjadi dua kolam. Awalnya kolam ini hanya dimanfaatkan bagi warga sekitar untuk keperluan pribadi tapi lama-kelamaan banyak traveler yang datang juga ingin membuktikan khasiat air sendang atau hanya sekedar piknik. Menurut cerita, dahulu air sendang ini berubah warna dan sempat meracuni penduduk desa namun setelah Sunan Drajat menancapkan tongkat ke tanah kapur di dekat sendang yang kemudian mengeluarkan air yang tiada hentinya hingga kini.
4. Gondang, Waduk Cantik Dikelilingi Pepohonan Rindang
Paciran menjadi pusat pariwisata di Lamongan, tapi bukan berarti tempat wisata menarik di kota ini hanya ada di sana saja. Di Lamongan bagian barat memiliki satu obyek wisata berupa waduk buatan bernama Gondang. Waduk ini terdapat di Desa Gondang Lor, Kecamatan Sugio. Selain fungsi utamanya sebagai pusat irigasi sawah di beberapa desa, waduk ini juga dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata. Waduk Gondang merupakan salah satu waduk dengan umur yang sudah tua, dibangun pada tahun 70-an dan diresmikan oleh Presiden Soeharto di tahun 1987. Waduk seluas 6,6 hektar dengan kedalaman rata-rata 29 meter ini dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun sehingga meski berkunjung di siang bolong udara di sana tetap terasa sejuk.
Sebagai bukti keseriusan pemerintah menjadikannya sebagai tempat wisata turut dibangun pula sarana bermain anak-anak, bumi perkemahan, serta kebun binatang mini di area sekitar waduk. Traveler yang berkunjung juga bisa menyewa perahu nelayan untuk sekedar berkeliling waduk atau menyewa sepeda air yang disediakan di bibir waduk

5. Museum dan Makam Sunan Drajat, Wisata Ziarah di Lamongan

Sunan Drajat adalah salah satu dari anggota Walisongo yang sangat berjasa dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa khususnya di Kabupaten Lamongan dan sekitarnya. Para traveler bisa tuh berziarah ke makamnya yang bisa ditempuh selama setengah jam saja dari pusat kota. Situs makam Sunan Drajat mengalami pemugaran sejak tahun 1992 hingga 1994 sehingga kini lebih nyaman untuk didatangi para pengunjung yang ingin berziarah. Di sekitar makam Sunan Drajat ini juga terdapat makam-makam lain yang merupakan pengikut atau santri beliau. Tak hanya melakukan pemugaran di area makam saja, pemerintah Lamongan juga membangun museum Sunan Drajat di komplek tersebut.
Filosofi Sunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan kini terabadikan dalam sap tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan Drajat. Secara lengkap makna filosofis ke tujuh sap tangga tersebut sebagai berikut :
  1. Memangun resep tyasing Sasoma (kita selalu membuat senang hati orang lain)
  2. Jroning suka kudu éling lan waspada (di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
  3. Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita – cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
  4. Mèpèr Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu)
  5. Heneng – Hening – Henung (dalam keadaan diam kita akan mem­peroleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita – cita luhur).
  6. Mulya guna Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan Sholat lima waktu)
  7. Mènèhana teken marang wong kang wuta, Mènèhana mangan marang wong kang luwé, Mènèhana busana marang wong kang wuda, Mènèhana ngiyup marang wong kang kodanan (Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masya­rakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita)

6. Monumen Van Der Wijck, Monumen Peringatan Tenggelamnya Kapal Mewah di Zaman Belanda

Jika di Eropa punya kisah Kapal Titanic maka Indonesia punya Kapal Van Der Wijck. Kapal ini termasuk kapal megah di zaman kolonial yang juga mengalami nasib nahas tenggelam di perairan Brondong, Pulau Jawa pada tanggal 28 Oktober 1936. Kisah ini kemudian menjadi terkenal setelah sastrawan tenar Hamka mengangkat ceritanya dalam nover berjudul “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.”
Saat kapal tenggelam banyak nelayan Lamongan khususnya mereka yang tinggal di wilayah Brondong dan Blimbing membantu menyelamatkan awak kapal dan penumpang. Untuk mengenang kisah mereka kemudian pemerintah Belanda membangun Monumen apal Van der Wijck. Lokasinya dekat dengan Kantor Pelabuhan Brondong, Lamongan, tempat perairan kapal tersebut tenggelam.

 

7. Gunung Pegat, Tempat Penuh Mitos Merenggangkan Hubungan Dengan View yang Menawan

Daerah Babat, Lamongan terkenal dengan kawasan yang penuh dengan bukit kapur memanjang. Kawasan perbukitan ini disebut dengan Gunung Pegat lantaran terdapat bukit yang dipisahkan oleh sebuah jalan raya yang menghubungkan antara Lamongan dan Jombang. Nama pegat sendiri berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti cerai atau terpisah.
Bukit kapur yang dibelah membentuk penampakan yang indah namun terselip sebuah mitos tidak bersahabat bagi sepasang kekasih. Konon jika ada pasangan yang melintasi gunung ini maka hubungan tersebut tidak akan langgeng atau tidak akan berakhir sampai jenjang pernikahan. Meski demikian karena pesonanya yang unik maka tak jarang sekelompok muda-mudi tetap datang untuk berfoto-foto.

8. Gunung Ratu Cancing Ngimbang

Cerita rakyat mengenai Gajah Mada memang selalu mengasyikkan untuk diikuti karena konon dialah yang berhasil mempersatukan banyak daerah di Indonesia hingga ke beberapa negara di luar negeri. Namun hingga kini, belum ada sejarah yang berhasil mengungkap di mana letak pasti lahirnya Sang Patih tersohor tersebut. Namun, ada satu tempat yang juga sekarang menjadi objek wisata Lamongan dipercaya sebagai tempat lahirnya Gajah Mada, yaitu Gunung Ratu. Daerah yang berada di Desa Cancing, Kecamatan Ngimbang ini dipercaya merupakan tempat pengasingan Dewi Andong Sari, yaitu ibunda dari Gajah Mada. Untuk menuju makam Dewi Andong Sari dan juga tempat lahirnya Gajah Mada, dibutuhkan stamina yang kuat, karena Anda harus menaiki tangga berkelok yang cukup panjang.
Rute yang dapat ditempuh untuk menuju tempat tersebut adalah dari pasar Babat menuju arah Jombang atau sekitar 21 kilometer, Anda perlu berbelok ek arah timur dari Kantor Koramil Kecamatan Ngimbang. Dari pertigaan tersebut, sekitar 3 kilometer, maka lokasi yang dituju dapat dicapa
9. Wisata Religi Sendang Duwur
Sunan Sendang Duwur bernama asli Raden Noer Rahmad adalah putra Abdul Kohar Bin Malik Bin Sultan Abu Yazid yang berasal dari Baghdad (lrak). Raden Nur Rahmad lahir pada tahun 1320 M dan wafat pada tahun 1585 M. Bukti ini dapat dilihat pada pahatan yang terdapat di dinding makam beliau. Beliau adalah tokoh kharismatik yang pengaruhnya dapat disejajarkan dengan Wali Songo pada saat itu.
Bangunan Makam Sunan Sendang Duwur yang dikeramatkan oleh penduduk sekitar tersebut berarsitektur tinggi yang menggambarkan perpaduan antara kebudayaan Islam dan Hindu. Bangunan gapura bagian luar berbentuk Tugu Bentar dan gapura bagian dalam berbentuk Paduraksa. Sedangkan dinding penyangga cungkup makam dihiasi ukiran kayu jati yang bernilai seni tinggi dan sangat indah. Dua buah batu hitam berbentuk kepala Kala menghiasi kedua sisi dinding penyangga cungkup.Makam Sunan Sendang Duwur yang letaknya di atas bukit itu, terdapat di Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran. Walaupun komplek makam terletak di dataran yang cukup tinggi, tetapi bisa dijangkau oleh kendaraan umum ataupun pribadi. Sarana jalan yang sudah baik dan memadai memudahkan para pengunjung yang ingin kesana untuk berwisata ziarah.
Boyong Masjid dalam Semalam Situs makam Raden Noer Rachmat alias Sunan Sendang Duwur makin ramai pengunjung. Selain berziarah, mereka ingin melihat peninggalan bersejarah salah satu sunan berpengaruh dalam syiar agama Islam di Jawa itu. SEJARAH penyebaran agama Islam di Pulau Jawa tidak bisa dipisahkan dari sejarah Sunan Sendang Duwur. Bukti peninggalan, makam dan masjid kuno, memberi jawaban bagaimana kiprah sunan yang makamnya terletak di Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, itu.

Data dari berbagai sumber menyebutkan, masjid kuno itu menyimpan sejarah yang berbeda dengan pembangunan masjid lainnya. Sebab, tempat ibadah umat Islam ini tidak dibangun secara bertahap oleh Sunan Sendang Duwur, melainkan melalui suatu kemukjizatan.Ada yang mengatakan Sunan Sendang Duwur sebagai putra Abdul Qohar dari Sedayu (Gresik),   satu murid Sunan Drajad. Ada pula yang menyebut Sunan Sendang Duwur adalah putra Abdul Qohar tapi tidak berguru pada Sunan Drajad. Namun dari perbedaan itu, disepakati bahwa Raden Noer Rochmat akhirnya diwisuda Sunan Drajad sebagai Sunan Sendang Duwur. Setelah mendapat gelar sunan, Raden Noer berharap bisa mendirikan masjid di Desa Sendang Duwur. Karena tidak mempunyai kayu, Sunan Drajad menyampaikan masalah ini kepada Sunan Kalijogo yang mengarahkannya pada Ratu Kalinyamat atau Retno Kencono di Mantingan, Jepara, yang saat itu mempunyai masjid. Ratu Kalinyamat merupakan putri Sultan Trenggono dari Kraton Demak Bintoro. Suaminya bernama Raden Thoyib (Sultan Hadlirin  ) cucu Raden Muchayat, Syech Sultan dari Aceh. Saat diangkat menjadi bupati di Jepara, R. Thoyib tidak lupa bersyiar agama Islam. Sehingga dibangun masjid megah di wilayahnya pada 1531 Masehi. Banyak ulama dan kiai saat itu kagum terhadap keindahan dan kemegahan masjid tersebut.

Lamongan Punya Cerita

Kabupaten Lamongan secara geografis terletak 651’54” – 723’06” Lintang Selatan dan 11233’45” – 11233’45” Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Lamongan di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Gresik, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tuban dan Bojonegoro sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Jombang. Luas wilayah Kabupaten Lamongan 1.812,80 Km2 yang terbagi menjadi dua puluh enam kecamatan dengan Lamongan sebagai ibukota Kabupaten Lamongan. Kabupaten ini merupakan salah satu penghasil beras terbesar di Jatim. Setiap tahun produksi beras lamongan mencapai rata-rata 441.000 ton. Konsumsi penduduk hanya 36 persen selebihnya dijual keluar daerah antara lain Surabaya, Malang, dan Madura. Peran 10 waduk yang tersebar di lamongan wilayah selatan ini turut memicu peningkatan produksi padi.
Disektor industri, Kabupaten Lamongan sedang mengembangkan industri pengolahan bahan baku ikan di kawasan sebelah utara. Sebagai penghasil ikan laut yang mencapai 38.915 ton, kabupaten yang memiliki bibir pantai sepanjang 47 kilometer ini baru mengolah 30 persen hasil tangkapannya menjadi tepung ikan. Selebihnya industri yang berbahan baku ikan masih terbuka lebar.
Lamongan juga berpredikat sebagai penghasil kapas terbesar di Jatim sekaligus menjadi pusat percontohan budi daya kapas di Indonesia. Tanaman jagung juga merupakan produk unggulan dari Lamongan. Tanaman jagung benih hibrida ini telah mencapai 75 persen dari areal tanaman jagung seluas 48.000 hektar.
Memilih Lamongan sebagai tujuan vakansi bisa jadi kamu masih bingung apa saja yang musti dikunjungi. Selama ini Kabupaten yang berbatasan dengan Mojokerto, Gresik dan juga Bojonegoro ini dikenal luas lantaran kulinernya berupa Soto Lamongan yang begitu terkenal dan hampir selalu ada di setiap kota di Jawa.
Lantas bagaimana dengan potensi pariwisata di kota ini? Jangan khawatir buat kamu yang berlibur di Lamongan banyak tempat menarik yang bisa kamu kunjungi. Pilihannya tergolong lengkap mulai dari wisata ziarah, wisata bahari atau wisata alam semua tersedia. Kali ini Travelingyuk akan mengajak kamu jalan-jalan menjelajahi setiap jengkal tempat wisata menarik di Kabupaten Lamongan.
1. Wisata Bahari Lamongan, Wahana Bermain di Pantai Utara Kota
Wisata Bahari Lamongan, cukup tenar dengan singkatan WBL merupakan kawasan wisata bahari yang dipadukan dengan taman bermain. Obyek wisata ini berada di Kecamatan Paciran tepatnya berada di Jalur Pantai Utara atau Pantura antara Tuban-Surabaya. Gerbang masuk menuju ke dalam area WBL cukup ikonik berupa patung mr.Krab alias si kepiting.
WBL telah menjadi andalan wisata Lamongan sejak puluhan tahun. Taman bermain yang sekarang dikembangkan ini juga berada di kawasan wisata yang memang sudah terkenal yaitu Pantai Tanjung Kodok. Di dalamnya banyak terdapat wahana bermain dari yang slow hingga yang bikin jantung deg-degan. Setiap harinya kawasan wisata bahari ini beroperasi pada pukul 08.00 hingga 16.30 WIB. Sebagai salah satu ikon wisata Lamongan, sangat disayangkan jika kamu melewatkan tempat ini jika berada disana.

2. MAZOLA, Tempat Wisata Yang Memadukan Kebun Binatang dan Gua

Masih di Kecamatan Paciran, tidak jauh dari Wisata Bahari Laongan ada satu tempat menarik yang wajib dikunjungi yaitu MAZOLA. Letaknya masih berada dalam satu komplek dengan WBL jadi kamu tidak perlu susah-susah melacaknya lewat GPS. MAZOLA ini sendiri merupakan perpaduan antara kebun binatang dan wisata gua yang sekaligus sebuah akronim dari Maharani Zoo and Gua Lamongan. Gua Lamongan yang dimaksud tidak lain adalah Gua Maharani. Nama Gua Maharani mungkin tidak asing di telinga kalian, yap banar ini adalah salah satu gua paling indah di negeri kita. Menariknya konsep pengelolaan gua ini dipadukan dengan kebun binatang. Jadi setiap pengunjung yang datang bisa melihat aneka satwa sekaligus mengagumi keindahan interior gua. Di dalam kawasan 3 hektar tersebut dipelihara tak kurang dari 115 spesies hewan dari dalam dan luar negeri. Tersedia papan petunjuk runtut yang terpasang di sana sebagai petunjuk rute yang harus dilalui traveler sehingga kamu tidak perlu khawatir tersesat.

3. Sendang Brumbung, Kolam Air Panas yang Konon Dapat Menyembuhkan Berbagai Penyakit

Tempat wisata lainnya yang juga ada di Kecamatan Paciran adalah Sendang Brumbung. Ini merupakan kolam pemandian air panas yang memiliki sejarah panjang dan disebut-sebut memiliki khasiat menyembuhkan berbagai penyakit. Sendang Brumbung beralamat di Desa Kranji. Warga setempat percaya jika sumber air panas ini telah ada sejak zaman Walisongo tepatnya semasa hidup dari Sunan Drajat. Ukuran kolam air panas ini tidak terlalu besar hanya 5×10 meter yang terbagi menjadi dua kolam. Awalnya kolam ini hanya dimanfaatkan bagi warga sekitar untuk keperluan pribadi tapi lama-kelamaan banyak traveler yang datang juga ingin membuktikan khasiat air sendang atau hanya sekedar piknik. Menurut cerita, dahulu air sendang ini berubah warna dan sempat meracuni penduduk desa namun setelah Sunan Drajat menancapkan tongkat ke tanah kapur di dekat sendang yang kemudian mengeluarkan air yang tiada hentinya hingga kini.
4. Gondang, Waduk Cantik Dikelilingi Pepohonan Rindang
Paciran menjadi pusat pariwisata di Lamongan, tapi bukan berarti tempat wisata menarik di kota ini hanya ada di sana saja. Di Lamongan bagian barat memiliki satu obyek wisata berupa waduk buatan bernama Gondang. Waduk ini terdapat di Desa Gondang Lor, Kecamatan Sugio. Selain fungsi utamanya sebagai pusat irigasi sawah di beberapa desa, waduk ini juga dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata. Waduk Gondang merupakan salah satu waduk dengan umur yang sudah tua, dibangun pada tahun 70-an dan diresmikan oleh Presiden Soeharto di tahun 1987. Waduk seluas 6,6 hektar dengan kedalaman rata-rata 29 meter ini dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun sehingga meski berkunjung di siang bolong udara di sana tetap terasa sejuk.
Sebagai bukti keseriusan pemerintah menjadikannya sebagai tempat wisata turut dibangun pula sarana bermain anak-anak, bumi perkemahan, serta kebun binatang mini di area sekitar waduk. Traveler yang berkunjung juga bisa menyewa perahu nelayan untuk sekedar berkeliling waduk atau menyewa sepeda air yang disediakan di bibir waduk

5. Museum dan Makam Sunan Drajat, Wisata Ziarah di Lamongan

Sunan Drajat adalah salah satu dari anggota Walisongo yang sangat berjasa dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa khususnya di Kabupaten Lamongan dan sekitarnya. Para traveler bisa tuh berziarah ke makamnya yang bisa ditempuh selama setengah jam saja dari pusat kota. Situs makam Sunan Drajat mengalami pemugaran sejak tahun 1992 hingga 1994 sehingga kini lebih nyaman untuk didatangi para pengunjung yang ingin berziarah. Di sekitar makam Sunan Drajat ini juga terdapat makam-makam lain yang merupakan pengikut atau santri beliau. Tak hanya melakukan pemugaran di area makam saja, pemerintah Lamongan juga membangun museum Sunan Drajat di komplek tersebut.
Filosofi Sunan Drajat dalam pengentasan kemiskinan kini terabadikan dalam sap tangga ke tujuh dari tataran komplek Makam Sunan Drajat. Secara lengkap makna filosofis ke tujuh sap tangga tersebut sebagai berikut :
  1. Memangun resep tyasing Sasoma (kita selalu membuat senang hati orang lain)
  2. Jroning suka kudu éling lan waspada (di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
  3. Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita – cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
  4. Mèpèr Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu)
  5. Heneng – Hening – Henung (dalam keadaan diam kita akan mem­peroleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita – cita luhur).
  6. Mulya guna Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan Sholat lima waktu)
  7. Mènèhana teken marang wong kang wuta, Mènèhana mangan marang wong kang luwé, Mènèhana busana marang wong kang wuda, Mènèhana ngiyup marang wong kang kodanan (Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masya­rakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita)

6. Monumen Van Der Wijck, Monumen Peringatan Tenggelamnya Kapal Mewah di Zaman Belanda

Jika di Eropa punya kisah Kapal Titanic maka Indonesia punya Kapal Van Der Wijck. Kapal ini termasuk kapal megah di zaman kolonial yang juga mengalami nasib nahas tenggelam di perairan Brondong, Pulau Jawa pada tanggal 28 Oktober 1936. Kisah ini kemudian menjadi terkenal setelah sastrawan tenar Hamka mengangkat ceritanya dalam nover berjudul “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.”
Saat kapal tenggelam banyak nelayan Lamongan khususnya mereka yang tinggal di wilayah Brondong dan Blimbing membantu menyelamatkan awak kapal dan penumpang. Untuk mengenang kisah mereka kemudian pemerintah Belanda membangun Monumen apal Van der Wijck. Lokasinya dekat dengan Kantor Pelabuhan Brondong, Lamongan, tempat perairan kapal tersebut tenggelam.

 

7. Gunung Pegat, Tempat Penuh Mitos Merenggangkan Hubungan Dengan View yang Menawan

Daerah Babat, Lamongan terkenal dengan kawasan yang penuh dengan bukit kapur memanjang. Kawasan perbukitan ini disebut dengan Gunung Pegat lantaran terdapat bukit yang dipisahkan oleh sebuah jalan raya yang menghubungkan antara Lamongan dan Jombang. Nama pegat sendiri berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti cerai atau terpisah.
Bukit kapur yang dibelah membentuk penampakan yang indah namun terselip sebuah mitos tidak bersahabat bagi sepasang kekasih. Konon jika ada pasangan yang melintasi gunung ini maka hubungan tersebut tidak akan langgeng atau tidak akan berakhir sampai jenjang pernikahan. Meski demikian karena pesonanya yang unik maka tak jarang sekelompok muda-mudi tetap datang untuk berfoto-foto.

8. Gunung Ratu Cancing Ngimbang

Cerita rakyat mengenai Gajah Mada memang selalu mengasyikkan untuk diikuti karena konon dialah yang berhasil mempersatukan banyak daerah di Indonesia hingga ke beberapa negara di luar negeri. Namun hingga kini, belum ada sejarah yang berhasil mengungkap di mana letak pasti lahirnya Sang Patih tersohor tersebut. Namun, ada satu tempat yang juga sekarang menjadi objek wisata Lamongan dipercaya sebagai tempat lahirnya Gajah Mada, yaitu Gunung Ratu. Daerah yang berada di Desa Cancing, Kecamatan Ngimbang ini dipercaya merupakan tempat pengasingan Dewi Andong Sari, yaitu ibunda dari Gajah Mada. Untuk menuju makam Dewi Andong Sari dan juga tempat lahirnya Gajah Mada, dibutuhkan stamina yang kuat, karena Anda harus menaiki tangga berkelok yang cukup panjang.
Rute yang dapat ditempuh untuk menuju tempat tersebut adalah dari pasar Babat menuju arah Jombang atau sekitar 21 kilometer, Anda perlu berbelok ek arah timur dari Kantor Koramil Kecamatan Ngimbang. Dari pertigaan tersebut, sekitar 3 kilometer, maka lokasi yang dituju dapat dicapa
9. Wisata Religi Sendang Duwur
Sunan Sendang Duwur bernama asli Raden Noer Rahmad adalah putra Abdul Kohar Bin Malik Bin Sultan Abu Yazid yang berasal dari Baghdad (lrak). Raden Nur Rahmad lahir pada tahun 1320 M dan wafat pada tahun 1585 M. Bukti ini dapat dilihat pada pahatan yang terdapat di dinding makam beliau. Beliau adalah tokoh kharismatik yang pengaruhnya dapat disejajarkan dengan Wali Songo pada saat itu.
Bangunan Makam Sunan Sendang Duwur yang dikeramatkan oleh penduduk sekitar tersebut berarsitektur tinggi yang menggambarkan perpaduan antara kebudayaan Islam dan Hindu. Bangunan gapura bagian luar berbentuk Tugu Bentar dan gapura bagian dalam berbentuk Paduraksa. Sedangkan dinding penyangga cungkup makam dihiasi ukiran kayu jati yang bernilai seni tinggi dan sangat indah. Dua buah batu hitam berbentuk kepala Kala menghiasi kedua sisi dinding penyangga cungkup.Makam Sunan Sendang Duwur yang letaknya di atas bukit itu, terdapat di Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran. Walaupun komplek makam terletak di dataran yang cukup tinggi, tetapi bisa dijangkau oleh kendaraan umum ataupun pribadi. Sarana jalan yang sudah baik dan memadai memudahkan para pengunjung yang ingin kesana untuk berwisata ziarah.
Boyong Masjid dalam Semalam Situs makam Raden Noer Rachmat alias Sunan Sendang Duwur makin ramai pengunjung. Selain berziarah, mereka ingin melihat peninggalan bersejarah salah satu sunan berpengaruh dalam syiar agama Islam di Jawa itu. SEJARAH penyebaran agama Islam di Pulau Jawa tidak bisa dipisahkan dari sejarah Sunan Sendang Duwur. Bukti peninggalan, makam dan masjid kuno, memberi jawaban bagaimana kiprah sunan yang makamnya terletak di Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, itu.

Data dari berbagai sumber menyebutkan, masjid kuno itu menyimpan sejarah yang berbeda dengan pembangunan masjid lainnya. Sebab, tempat ibadah umat Islam ini tidak dibangun secara bertahap oleh Sunan Sendang Duwur, melainkan melalui suatu kemukjizatan.Ada yang mengatakan Sunan Sendang Duwur sebagai putra Abdul Qohar dari Sedayu (Gresik),   satu murid Sunan Drajad. Ada pula yang menyebut Sunan Sendang Duwur adalah putra Abdul Qohar tapi tidak berguru pada Sunan Drajad. Namun dari perbedaan itu, disepakati bahwa Raden Noer Rochmat akhirnya diwisuda Sunan Drajad sebagai Sunan Sendang Duwur. Setelah mendapat gelar sunan, Raden Noer berharap bisa mendirikan masjid di Desa Sendang Duwur. Karena tidak mempunyai kayu, Sunan Drajad menyampaikan masalah ini kepada Sunan Kalijogo yang mengarahkannya pada Ratu Kalinyamat atau Retno Kencono di Mantingan, Jepara, yang saat itu mempunyai masjid. Ratu Kalinyamat merupakan putri Sultan Trenggono dari Kraton Demak Bintoro. Suaminya bernama Raden Thoyib (Sultan Hadlirin  ) cucu Raden Muchayat, Syech Sultan dari Aceh. Saat diangkat menjadi bupati di Jepara, R. Thoyib tidak lupa bersyiar agama Islam. Sehingga dibangun masjid megah di wilayahnya pada 1531 Masehi. Banyak ulama dan kiai saat itu kagum terhadap keindahan dan kemegahan masjid tersebut.